Jumat, 23 Oktober 2015

Makassar Menuju Kota Dunia

Ya berjumpa lagi :D
Kemarin sempat dapat tugas dari dosen yaitu membuat paper mengenai Makassar menuju kota dunia. Isi paper itu kurang lebih seperti ini :

Makassar Sebagai Kota Dunia
Mantan walikota Makassar dua periode yaitu Ilham Arif Sirajuddin memiliki wacana yang cemerlang untuk memperkenalkan dan memajukan kota yang dipimpinnya dengan mengusung konsep kota dunia. Tapi, sampai saat ini wacana tersebut masih menjadi tata konsep yang belum terwujud bukti nyatanya sampai Ilham Arif Sirajuddin lengser dari jabatannya sebagai walikota Makassar dua periode.
Kini, wacana tersebut menjadi warisan bagi pemerintahan Danny Pomanto dan Samsul Rizal yang telah terpilih sebagai walikota dan wakil walikota Makassar periode 2013-2018. Tapi, wacana untuk menjadikan Makassar sebagai kota dunia masih tetap sebatas wacana. Perkembangan sarana dan prasarana serta infrastruktur semakin hari semakin pesat tetapi hal-hal yang kecil masih menjadi problem yang menodai wacana tersebut. Masalah sampah dan kemacetan masih menjadi polemik yang dirasakan oleh warga setiap harinya. Kemacetan sudah hampir disetiap titik jalan-jalan protokol dan sampah belum bisa diatasi oleh intansi terkait dalam hal ini dinas PU (pekerjaan umum).
Pemerintah sudah berusaha menggalakkan berbagai macam langkah salah satunya dengan program MTR (Makassar tidak rantasa’) yang digagas oleh walikota Danny, tetapi ternyata program tersebut butuh waktu yang tidak singat untuk mengaplikasikannya di tengah masyarakat. Program tersebut belum berhasil merasuki jiwa warga makassar yang memiliki rasa kurang peduli terhadap kebersihan menjadikan wacana makassar sebagai kota dunia masih jauh dari harapan.
Jika berbicara tentang pasatnya perkembangan ekonomi, Makassar mampu diperhitingkan di Indonesia Timur dan bahkan sejajar dengan kota-kota di wilayah Jawa. Makassar juga memiliki icon-icon yang tak kala hebatnya dengan daerah lain seperti salah satu icon yang terkenal di kota Makassar yaitu pantai losari yang kini terdapat masjid terapuung di dalam kwasan losari. Sebuah pemandangan yang sangat indah sambil menikmati sunset dengan deru ombak yang mengekuk telinga. Tetapi, icon tersebut kadang membuat pengunjungnya menjadi tidak betah karena sarana yang tidak mendukung serta control yang lemah membuat sebagian pengunjung menodai tempat tersebut dengan sembarangan membuang sampah. Laut yang sedianya terlihat jernih penuh sesak dengan hamparan sampah yang mengembang di laut sehingga kesannya terlihat jorok.
Belum lagi, kemacetan yang kerak kali dirasakan oleh warga setiap akan menjalankan rutinitasnya. Tidak ada lagi jalan yang sepi, semuanya dipenuhi oleh deru roda-roda yang menghiasi pemandangan sepanjang hari. Ruas jalan tidak mampu lagi kendaraan yang setiap hari bertambah banyak. Apakah dengan kemacetan tersebut bisa dikategorikan sebagai sebuah kemajuan ? tentu tidak, kemacetan menjadi biang kerok dari kemerosotan akibat perkembangan kota yang tidak diimbangi oleh sarana transportasi yang memadai serta pengawasan yang bermutu tinggi.
Makassar menuju kota dunia tentu akan menjadi sebuah wacana yang melegenda jika hal-hal kecil tidak diperbaiki secepat mungkin. Dunia luar hanya mengenal Makassar sebagai kota yang dipenuhi oleh sampah dan kemacetan. Belum lagi akhir-akhir ini, kota diguncang dengan maraknya aksi-aksi teror geng motor anarkis yang meresahkan warga dan para pelancong. Tentu problem-problem yang dialami kota menjadi PR bagi semua warga kota Makassar. Tetapi, tidak ada jalan yang tidak mungkin jika kita sama-sama merangkul diri untuk benar-benar bersatu membangun Makassar menuju kota dunia sehingga wacana itu benar-benar terwujud.